Kamis, 11 Desember 2014

makalah nuzulul qur'an

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul kita Muhammad SAW. Untuk membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya Al-Qur’an pertama kali pada Laylatul Qadr merupakan pemberitahuan kepada alam samawi yang dihuni oleh malaikat tetang kemuliaan umat nabi Muhammad. Umat ini telah dimulyakan oleh Allah dengan risalah barunya agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia. Turunnya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap,berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat mengejutkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah ilahi yang ada dibalik itu. Rasulullah SAW. Tidak menerima risalah besar ini dengan cara sekali jadi, dan kaumnya pun yang sombong dan keras kepala dapat takluk  dengannya. Adalah wahyu turun berangsur-angsur demi menguatkan hati rasul dan menghiburnya relevan dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang mengiringinya sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmat-Nya.[1]

B.     Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penulisan makalah ini sebagaimana telah dijelaskan dalam latar belakang diatas adalah :
1.    Bagaimana pengertian penurunan Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an)?
2.    Bagaimana tahapan penurunan Al-Qur’an:
a.       Ke lawh mahfuzh.
b.      Ke baitul izzah di langit dunia.
c.       Penurunannya melalui malaikat jibril.
1)      Bentuk Al-qur’an yang dibawa turun oleh jibril kepada nabi SAW.
2)      Masa penurunan Al-qur’an.
3)      Hikmah penurunan bertahap atau berangsur-angsur.


BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian penurunan Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an)
Al-Qur’an sebagai kalam Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui proses apa yang disebut nuzul atau inzal. Sejumlah ayat Al-qur’an menyatakan hal ini dengan jelas, seperti firman-firman Allah SWT, sebagai berikut :
أ‌.         وبالحقّ أنزلناه  وبالحقّ نزل (الإسراء /17 :105)
ب‌.     نزل به الرّوح الأمين على قلبك لتكون من المنذرين (الشّعراء /26 :192)
ت‌.     نحن نزّلنا عليك القران تنزيلا (الإنسان /76: 23)
ث‌.     وقرانا فرّقناه لتقرأه على الناس على مكثٍ ونزّلناه تنزيلا (الإسراء /17 : 106)
ج‌.      إنا انزلناه قرأنا عربيّا لعلّكم تعقلون (يوسف /12 :2)
ح‌.      كتاب أنزاناه إليك لتخرج النّاس من الظّلمات الى النّور  (إبراهيم/14 : 1)
خ‌.      تنزيل الكتاب لا ريب فيه من ربّ العالمين (السّجدة/32 : 2)
د‌.        قل نزّله روح القدس من ربّك بالحقّ ليثبّت الّذين أمنوا (النّحل/12 : 102)
Adapun yang dimaksud dengan nuzul,inzal,tanzil, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat diatas, sementara ulama’ mengartikannya dengan (إظهار القرأن) yaitu, menampakkan atau melahirkan Al-Qur’an, pendapat lain menyatakan, yang dimaksud adalah bahwa Allah SWT, mengajarkannya kepada malaikat Jibril, baik mengenai bacaannya maupun pemahamannya. Lalu Jibril menyampaikannya kepada nabi Muhammad SAW. Yang berada di bumi.[2]
Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa yang di maksud adalah (إعلام به)  yaitu memberitahukannya. Sementara digunakannya istilah Inzal, Tanzil, atau Nuzul tersebut, mengisyaratkan akan kebesaran dan ketinggian Zat pemilik kalam tersebut yaitu Allah SWT.[3]
Sehubungan hal diatas, bisa disimpulkan bahwa ketiga pendapat tersebut bisa diterima. Namun demikian, pendapat pertama yang mengartikannya dengan  (إظهار القرأن) bisa mencakup penertian yang dikemukakan oleh kedua pendapat lainnya, tetapi tidak sebaliknya, jelasnya makna diturunkannya Al-qur’an yaitu dilahirkannya dari yang bersifat Immateri menjadi bersifat materi, dengan cara melahirkan wujudnya yang bersifat alam di lawh mahfuzh, atau dengan cara melahirkannya kepada malaikat jibril atau dengan cara melahirkannya dalam jiwa Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian yang jelas makna diturunkannya Al-Qur’an bukanlah ia diangkat (dipindahkan) dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.[4]
B.  Tahap-tahap penurunan Al-Qur’an
Turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui proses atau tahapan sebagai berikut :
a.    Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. Secara sekaligus ke lawh mahfuzh. Adapun dalil yang menunjukkan hal ini yaitu, firman Allah SWT.:

بل هو قران مجيد فى لوح محفوظ (البروج /85 :21-22)
“Bahkan ( yang didustakan mereka itu) ialah al-qur’an yang mulia. Yang tersimpan dalam lawh mahfuzh.”(Qs. Al-Buruj/85 : 21-22).
   Mengenai kapan waktunya Allah SWT. Menurunkan Al-Qur’an ke lawh mahfuzh dan bagaimana wujud maupun caranya hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.
b.    Al-Qur’an diturunkan dari lawh mahfuzh ke langit dunia.
Adapun dalil tentang hal ini adalah firman Allah berikut ini:
·      إنّا أنزلناه فى ليلة مباركة (الدّخان/44 : 3)
·      إنّا أنزلناه فى ليلة القدر (القدر/97 : 1)
·      شهر رمضان الّذي أنزل فيه القران (البقره/ 2 : 158)
Sementara itu terjadi perbedaan pendapat para ulama’ tentang metode (kayfiyyat) turunnya Al-Qur’an pada tahap ini.terdapat tiga versi pendapat para ulama’ dalam hal ini yaitu :
1)        Al-Qur’an diturunkan dari lawh mahfuzh kelangit dunia pada malam ليلة القدر secara sekaligus. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam tempo 20 tahun, atau 23 tahun, atau 25 tahun.
2)        Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia dalam 20 kali laylatul qadr dalam tempo 20 tahun, atau dalam 23 kali laylatul qadr dalam tempo 23 tahun, atau dalam 25 kali laylatul qadr dalam tempo 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia sekedar yang hendak diturunkan oleh Allah SWT. Dalam tahun itu. Kemudian diturunkan setelah itu kepada Nabi Muhammad SAW. Sepanjang tahun secara berangsur-angsur.
3)        Al-Qur’an itu permulaan turunnya adalah pada malam laylatul qadr. Kemudian diturunkan setelah itu kepada Nabi Muhammad SAW. Secara berangsur-angsur dalam berbagai waktu.
Dari ketiga pendapat para ulama’ tersebut diatas, pendapat pertamalah yang dipandang lebih kuat dan dianut oleh jumhur ulama’. Hal ini didasarkan pada pemahaman, bahwa ketiga ayat Al-Qur’an tersebut diatas (Qs. Ad-Dukhon/44 : 3, Qs. Al-qadr/97 : 1, dan Qs. Al-Baqarah/2 : 185) menunjukkan, bahwa Al-qur’an diturunkan ke lawh mahfuzh dalam satu malam yang disebut malam mubarakat, dan juga disebut malam Al-Qadr.
c.    Tahap terakhir Al-Qur’an diturunkan dari langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui perantar malaikat Jibril as. Dalam tahap ini ajaran serta petunjuk Allah SWT. Sampai kepada umat manusia.
1)   Bentuk Al-Qur’an yang dibawa turun Jibril kepada Nabi SAW.
Adapun dalil tentang hal ini adalah firman Allah berikut ini:
نزل به الرّوح الأمين على قلبك لتكون من المنذرين بلسان عربيّ مبين (الشّعراء/26 : 193-195)
“Dia (Al-Qur’an) dibawa turun oleh Al-ruh Al-Amin (jibril). Kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas.” (Qs. Al-Syu’ara/26 : 193-195).
Para ulama’ berbeda pendapat pula tentang apa yang diturunkan Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Mengenai wahyu tersebut. Yaitu sebagai berikut :
Pertama     : Jibril menyampaikan maknanya saja, sementara Nabi SAW. Menangkap dan mengetahui makna-makana wahyu tersebut, lalu beliau mengungkapkannya dalam bahasa arab.
Kedua        : Jibril menerima maknanya dari Allah SWT. Lalu Jibril mengungkapkannya dalam bahasa arab. Lafaz Jibril itulah yang disampaikan kepada Nabi SAW.
Ketiga        : yang disampaikan Jibril itu lafaz dan maknanya. Jibril menghafal Al-Qur’an dari lawh mahfuzh lalu menyampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW.
               Dari ketiga pendapat tersebut agaknya pendapat yang ketiga lebih sesuai degan kedudukan Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang memiliki unsur I’jaz (mukjizat). Bagaimana Al-Qur’an menjadi mukjizat, kalau lafaznya berasal dari jibril atau nabi SAW. Dan bagaimana pula Al-Qur’an bisa dinisbatkan sebagai kalam Allah, kalau lafaznya bukan berasal dari Allah SWT.[5]
2)   Masa penurunan Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat atau berupa sebuah surat yang pendek secara lengkap. Adapun penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan, memakan waktu kurang lebih 23 tahun, yakni 13 tahun kketika nabi masih tinggal di Mekkah sebelum hijrah dan 10 tahun ketika setelah nabi hijrah ke madinah.[6]
3)   Hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap atau berangsur-angsur.
Adapun hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap atau berangsur-angsur antara lain :
Ø Untuk meneguhkan hati nabi SAW. Dalam melakukan tugas sucinya sekalipun beliau menghadapi contrains dan challenges (hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan) yang beraneka macam (lihat surat Al-Furqon : 32-33).
Ø Untuk memudahkan bagi Nabi untuk menghafalkan Al-Qur’an, sebab beliau adalah ummi (tidak pandai baca tulis).
Ø Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat islam yang hidup di masa nabi, sebab mereka pada permulaan sudah tentu mengalami pula pahit-getir perjuangan menegakkan islam bersama-sama nabi (lihat surat An-Nur : 55).
Ø Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat islam, agar meninggalkan sikap mental dan tradisi-tradisi pra-islam (zaman jahiliyah) yang negatif secara berangsur-angsur, Karena mereka telah dapat menghayati dan mengamalkan ajaran al-qur’an dan ajaran-ajaran dari nabi SAW, secara step by step pula.[7]




BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Allah SWT. Berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad); Ruhul Qudus (Jibril) telah menurunkan Al-Qur’an dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” (An-Nahl : 102).

“Kitab ini diturunkan dari Allah yang maha perkasa lagi maha bijaksana.” (Al-Jatsiah : 2).

“Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat saja yang semisal dengan Al-Qur’an itu.” (Al-Baqarah : 23).

“Katakanllah ; Barangsiapa yang menjadi musuh jibril, maka sesungguhnya jibril itu telah menurunkan (Al-Qur’an) kedalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjadi petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah : 97).

Ayat-ayat diatas menjelaskan, Bahwa Al-Qur’an Al-karim itu adalah kalam Allah dengan lafazhnya yang berbahasa arab. Jibril telah menurunkannya ke dalam hati Rasulullah. Yang dimaksud turunnya itu disini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia. Tetapi turunnya Al-Qur’an secara bertahap. Karena itu diungkapkan dengan kata-kata Tanzil dalam ayat-ayat di atas bukan Inzal. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan berangsur-angsur. Ulama’ bahasa membedakan antara Inzal dengan Tanzil. Tanzil berarti turun secara berangsur-angsur sedang Inzal menunjuk pada makna turun secara umum.[8]  

B.     Saran-saran
Demikianlah uraian singkat makalah tentang “Peristiwa turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an)Tulisan ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan guna memperluas wawasan kita. Hal ini sebagai upaya mengetahui dan memahami peristiwa turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) sehingga generasi penerus kita mampu mengambil 'ibrah dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu, agar nantinya kita dapat mencontoh dan mengambil apa yang seharusnya kita pegangi dan tidak megulangi lagi kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para tokoh-tokoh Islam terdahulu.
Penulisan makalah ini belum memenuhi harapan semua pihak, tetapi setidak-tidaknya ada bahan bacaan ke arah tujuan kemuliaan islam di muka bumi ini. Karena keterbatasan wawasan serta ilmu yang penulis miliki, maka sudah barang tentu masih jauh dari kata sempurna, disana sini masih masih banyak tedapat kekurangan dan kesalahannya, oleh karena itu tegur sapa, kritik serta saran, akan sangat berharga dan dengan segala kerendahan hati mohon maaf atsa segala kekurangannya, untuk disempurnakan dimasa depan, seiring do’a semoga para pembaca yang budiman yang dengan segala ketulusan berkenan memberikan masukan, kami haturkan banyak terimakasih, serta tak lupa mendo’akan agar segala kebaikannya mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah subhanahu wa ta’ala, amin.
                                                    
















DAFTAR PUSTAKA


Al-Qathtan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2014.
AF, Hasanuddin. Perbedaan Qira’at dan pengaruhnya terhadap Istinbath hukum  dalam Al-Qur’an. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar ulumul Qur’an. Surabaya : CV. Karya Abditama, 1997.



[1] Syaikh Manna Al-Qathtan, Pengantar studi ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Al-kautsar), Cet. Ke-10, Ed. Indonesia, hlm. 124.
[2] Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. Ke-1, Ed. Ke-1,hlm. 28.
[3] Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. Ke-1, Ed. Ke-1,hlm. 28.
[4] Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. Ke-1, Ed. Ke-1,hlm. 28
[5] Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. Ke-1, Ed. Ke-1,hlm. 29-34.
[6] Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, pengantar ulumul Qur’an, (Surabaya:CV. Karya Abditama), Cet. Ke-5, Ed. Revisi, hlm. 12.
[7] Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, pengantar ulumul Qur’an, (Surabaya:CV. Karya Abditama), Cet. Ke-5, Ed. Revisi, hlm. 13.
[8]Syaikh Manna Al-Qathtan, Pengantar studi ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Al-kautsar), Cet. Ke-10, Ed. Indonesia, hlm. 132.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar