Kamis, 11 Desember 2014

dunia islam dan kolonialisme barat

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bentuk bentuk penjajahan barat terhadap dunia islam di latar belakangi oleh terjadinya perang salib. Negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Rusia dan lain-lain memang mempunyai teknologi militer dan industri perang yang lebih canggih dibandingkan dengan negara Islam, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam.
Dari awal penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan berbagai daerah yang semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang Kristen, yang sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib ini telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh negara Barat untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam.
Di setiap daerah yang berada di bawah kekuasaan Islam, tidak ada kelanggengan bagi pilar-pilar sistem pemerintahan otoriter. Dan  di Setiap tempat itu, akan menjadi tanda perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman dan kekejaman penjajahan dan eksploitasi, penghinaan dan peremehan terhadap manusia, serta perlawanan terhadap poros yang dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang di dunia kontemporer .
Setelah berakhirnya periode klasik islam, ketika islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan islam dan bagian dunia lainnya terutama dalam bidang ilmu dan teknologi, bahkan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya.[1]
Kontak islam dengan barat pada masa ini sangat berbeda dengan kontak islam dengan barat pada masa klasik. Dalam periode klasik islam sangat gemilang dan barat sedang berada berada dalam kegelapan. Sedangkan pada masa ini, keadaan menjadi sebaliknya, islam tampak dalam kegelapan dan barat tampak gemilang.[2]

B.     Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penulisan makalah ini sebagaimana telah dijelaskan dalam latar belakang diatas adalah :
1.    Bagaimana revolusi industri di barat dan kolonialisme di barat?
2.    Bagaimana dunia islam pada periode pra modern?
3.    Bagaimana dampak kolonialisme barat terhadap dunia islam ?




























BAB II
PEMBAHASAN


A.  Revolusi industri di barat dan kolonialisme di barat
Kemajuan Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir islam yang rasional. Diantara saluran masuknya peradaban islam ke Eropa itu adalah perang salib, sicilia dan yang terpenting adalah spanyol islam. Ketika islam mengalami kejayaan di spanyol, banyak orang eropa yang datang ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12 M. Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka mendirikan universitas dengan meniru pola islam dan mengajarkan ilmu-ilmu yang dipelajari di universitas-universitas islam itu. Dalam perkembangan selanjutnya keadaan ini melahirkan Renaissance, reformasi dan rasionalisme eropa.
Gerakan-gerakan renaissance melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke-16 dan 17 M merupakan abad yang paling penting bagi eropa, sementara pada akhir abad ke 17 itu pula dunia islam mengalami kemunduran. Eropa bangkit kembali dengan mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan. Mereka menyelidiki rahasia alam, menaklukkan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Adapun penemuan-penemuannya yang mereka peroleh yaitu ; Christoper Colombus pada tahun 1492 M, menemukan Benua Amerika dan Vasco da Gama tahun 1498 M, menemukan jalan ke timur melalui Tanjung Harapan. Dengan dua temuan ini Eropa memperoleh kemajuan dalam dunia perdagangan, karena tidak tergantung lagi kepada jalur lama yang dikuasai umat islam.
Terangkatnya perekonomian bangsa-bangsa eropa disusul pula dengan penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Perkembangan itu semakin dipercepat setelah mesin uap ditemukan. Yang kemudian melahirkan Revolusi Industri di eropa.
Sementara itu, kemerosotan kaum muslimin tidak terbatas dalam bidang ilmu dan kebudayaan saja, melainkan juga di segala bidang. Mereka ketinggalan dari Eropa dalam industri perang. Dengan organisasi dan persenjataan yang modern pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam.[3]
Dimasa ini kekuatan militer dan politik umat islam menurun. Dagang dan ekonomi umat islam, dengan hilangnya monopoli dagang antara timur dan barat dari tangan mereka jatuh. Dan ilmu pengetahuan pada masa ini mengalami penurunan. Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat dan supertisi. Umat islam juga dipengaruhi oleh sikap putus asa dalam segala hal. Pada saat ini dunia islam dalam keadaan mundur dan statis.
Dengan kekayaan-kekayaan Eropa yang diangkut dari Amerika dan laba yang timbul dari perdagangan langsung menyebabkan mereka bertambah kaya dan maju. Penembusan barat yang kekuatannya bertambah besar kedunia islam yang didudukinya semakin lama bertambah mendalam. Akhirnya pada tahun 1798 M, Napoleon menduduki mesir sebagai salah satu pusat islam yang terpenting. Jatuhnya pusat islam ini ke tangan barat, menyadarkan dunia islam akan kelemahannya dan kemajuan peradaban Barat yang lebih tinggi dari peradaban islam.[4]

B.  Dunia islam pada masa pra modern
Pada abad pra modern kontak antara kerajaan usmani dengan kekuasaan di daratan eropa dan beberapa negara barat sebenarnya sudah ada. Ketika Eropa mulai memasuki masa kemajuan, dengan sebaliknya kerajaan usmani mulai memasuki masa kemunduran. Dari akibat itu kerajaan usmani yang biasanya menang dalam peperangan akhirnya mengalami kekalahan-kekalahan di tangan barat. Hal ini membuat pembesar-pembesar usmani menyelidiki rahasia kekuatan eropa yang baru muncul itu.[5]
Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam islam. Gerakan pembaharuan itu muncul karena dua hal. Pertama, timbulnya kesadaran dikalangan ulama’ bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajran islam, seperti bid’ah, khurafat dan takhayul. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi. Kedua, pada periode ini barat mendominasi dunia dibidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan barat menyadarkan tokoh-tokoh islam akan ketinggalannya. Karena itu, mereka bangkit dengan mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan Balance of power.[6]
Kaitannya dengan gerakan reformasi tersebut, pada masa sebelum periode modern ini timbul keinginan perubahan di Arabia. Keinginan itu dicetuskan oleh Muhammad Ibn Abd Wahhab (1703-1787 M). Keinginan itu lahir bukan sebagai pengaruh kemajuan barat, tetapi sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang dianut kaum awam di waktu itu. Kemurnian paham tauhid mereka dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan yang timbul di bawah pengaruh tarekat-tarekat seperti ziarah ke kuburan wali untuk mendapat syafa’ah / pertolongan. Menurut Muhammad Ibn Abd Wahhab kebiasaan-kebiasaan itu mengandung arti syirik atau politeisme yang harus di berantas dan orang islam harus kembali kepada tauhid yang sebenarnya.
Oleh karena itu gerakan yang dipelopori oleh Muhammad Ibn Abd Wahhab ini kemudian di kenal dengan sebutan “Wahabiah”, kurang tepat kalau disebut gerakan pembaharuan akan tetapi lebih tepat diberi nama pemurnian. Muhammad Ibn Abd Wahhab tidak mempertahankan taqlid. Bahkan sebagai pengikut Ibnu Hambal dan Ibnu Taimiyah ia berpendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup. Mengadakan ijtihad tetap di bolehkan, dan ijtihad dijalankan dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar ijtihad untuk kebali ke zaman salaf untuk mengetahui islam yang murni.[7]
Selain melakukan perubahan secara reformisme pada pertengahan kedua dari abad ke-19 muncul suatu gerakan yang dikenal Usmani Muda. Mereka menginginkan pembatasan yang lebih tegas terhadap kekuasaan sultan dengan mengadakan konstitusi. Salah satu ahli fikir usmani muda yang terkenal ialah  Namik Kemal (1840-1888 M). Menurutnya pemerintahan harus didasarkan atas persetujuan rakyat, dalam arti rakyatlah yang memiliki kedaulatan. Kekuasaan legislatif  harus dipisahkan dari kekuasaan eksekutif. Dan ia menganjurkan supaya didirikannya tiga lembaga; dewan negara yang bertugas merancang undang-undang, Dewan nasional untuk membuat undang-undang dan senat yang bertugas menjadi pengantara antara badan legislatif dan badan eksekutif. Namun eksperimen pemerintahan konstitusional ini gagal, karena dalam Konstitusi 1876 M itu terdapat pasal-pasal yang memberi kekuasaan pada sultan untuk membubarkan parlemen, memberhentikan menteri-menteri, mengumumkan perang dan mengasingkan orang-orang yang dianggap berbahaya bagi keamanan negara.
Selanjutnya datang golongan-golongan yang dikenal dalam sejarah pembaharuan Turki yang disebut Turki Muda. Pada saat itu timbul gerakan tiga pembaharuan Turki yaitu golongan Barat, golongan Islam dan golongan nasionalis Turki. Maksud dari golongan Barat adalah peradaban yang diambil dari Barat yang digunakan sebagai dasar pembaharuan, golongan Islam merupakan penggunaan Islam sebagai dasarnya. Dan golongan nasionalis Turki merupakan penggunaan nasonalis Turki yang dijadikan dasar. Dalam perkembangan selanjutnya ide nasionalisme Turiki-lah yang memperoleh kemenangan. Gerakan pembaharuan selanjutnya yang diadakan dibawah pimpinan Kemal Attaturk membawa kepada sekularisme dalam arti pemisahan agama dari negara di Turki modern.[8]
Sedangkan di Mesir gerakan pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M). Para pembesar dan penasihatnya terdiri dari orang-orang yang mengalami ekspedis Napoleon dan menyaksikan kemajuan Barat yang maju itu. Disamping itu diantttara ahli-ahli yang dibawa Napoleon ada yang tidak mau kembali ke Prancis dan menetap di Mesir.pembaharuan di Mesir ini dimulai dalam bidang militer dan ekonomi. Untuk itu ia mendatangkan ahli-ahli dari eropa, mendirikan sekolah-sekolah seperti sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran, sekolah pertambangan dan sekolah pertanian. Disamping iu, ia juga mengirim pemuda-pemuda Mesir yang belajar ke Eropa. Semua ini yang menyebabkan cepatnya pemikiran dan gerakan pebaharuan di Mesir.[9]

C.  Dampak kolonialisme barat terhadap dunia islam
1)   Dampak kolonialisme barat terhadap bidang budaya
Kolonialisme barat yang membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan), dan Glory (Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran masyarakat islam pada masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan akibat dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga telah merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup masyarakat muslim, contohnya 3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan) dan Fashion (cara berpakaian).

2)   Dampak kolonialisme barat terhadap bidang sosial
Ketika sampai di negara-negara Islam, mereka (Negara-negara Kolonial) menyusun rencana untuk memisahkan generasi muda dari Agamanya. Dalam hal itu, mereka memilih dua jalan. Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan membuka lebar-lebar kran dekadensi moral. Menjadi jelas ketika para penjajah itu menjajah umat Islam melalui berbagai cara, terlebih dari bidang Agama yang mereka pandang bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan jalan termudah untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan pelampiasan hawa nafsu di tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran untuk mempraktikkan semua bentuk kerusakan dan kemerosotan akhlak. Itulah jalan yang para penjajah tempuh secara efektif.
Yang kedua, tercermin pada orientasi ilmu pengetahuan dan pemikiran, bersamaan dengan dampak pengaruh pemikiran ilmiah baru ke negara-negara Islam yang cukup menarik perhatian karena memang ilmu pengetahuan pasti punya daya tarik. Kemajuan ilmu pengetahuan berubah menjadi sarana pemisahan orang banyak dari keyakinan akidahnya, dan menjadi perantara bagi pemadaman obor bagi keimanan agama dalam hati serta pencabutan emosi keagamaan sampai keakar-akarnya.

3)   Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Ekonomi
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Akibat kolonialisme Barat dibanyak negara Islam dalam bidang Ekonomi, maka tentu sistem perdagangan Barat mau tidak mau sangat berpengaruh buruk terhadap sistem perdagangan yang telah ada pada masa itu, misalnya “Monopoli” dalam perdagangan.

4)      Dampak Kolonialisme Barat dalam Bidang Politik
Kololnialisme mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh islam itu terdapat kekayaan yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai sepenuhnya seperti minyak bumi, gas alam dan sebagainya, ini merupakan kekayaan yang melimpah untuk masa depan. Politik yang mereka pakai untuk melumpuhkan islam adalah menjauhkan orang muslim dari sejarah masa silam (kejayaan islam) dan meniadakan peran penting ulama dalam kenyataan hidup.

5)      Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Agama
Sejak tahun-tahun pertama dimulainya era penjajahan, negara-negara kolonial telah bersungguh-sungguh memperhatikan masalah misalkan pemisahan ulama dari kehidupan bangsa. Mereka berupaya mempengaruhi peran yang dijalankan para ulama dengan cara menghilangkan identitas mereka yang nyata, atau meminggirkan mereka seraya memberi peran yang tiada arti, atau membunuh mereka jika memungkinkan.
Negara kolonial sibuk menjalankan politk tersebut selama bertahun-tahun lamanya sehingga peran para ulama melemah di banyak wilayah pendudukan. Keberadaan para ulama terpinggirkan, tak punya otoritas apapun, bahkan tak lagi menyandang identitas ulama. Para ulama itu tersingkir ketempat-tempat yang sangat terbatas dan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan remeh dan tidak berhubungan dengan kenyataan hidup.[10]












BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Sejak abad ke-16 dan 17 dimana eropa disini mulai menemukan beberapa penemuan yang kemudian dapat memperoleh kemajuan dalam perekonomian sehingga melahirkan Revolusi industri yang sangat besar. Eropa menjadi penguasa lautan dan perdagangan ke seluruh dunia tanpa hambatan apapun. Sementara itu, Eropa juga unggul dalam bidang kemiliteran dengan persenjataan modern pasukan perang sehingga mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam.

Persentuhan dengan barat ini menyadarkan tokoh-tokoh islam akan ketinggalannya. Karena itu, mereka bangkit dengan mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan Balance of power. Sehingga mulai muncul pemikiran pembaharuan dalam islam, yaitu timbulnya kesadaran dikalangan ulama’ bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajran islam, seperti bid’ah, khurafat dan takhayul.
Kedatangan Eropa ke daerah-daerah islam ini membawa dampak dan pengaruh yang sangat besar baik dalam bidang budaya, bidang sosial, bidang ekonomi, bidang politik dan dalam bidang agama. contohnya seperti apa yang telah menjadi misi yang dibawa oleh bangsa Eropa untuk merusak kehidupan umat muslim dengan merubah pola kehidupannya melalui bidang-bidang tersebut. Dengan tiga misinya yaitu; God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan), dan Glory (Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran masyarakat pada masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan akibat dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga telah merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup masyarakat muslim, contohnya 3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan) dan Fashion (cara berpakaian).
B.  Saran-saran
Demikianlah uraian singkat makalah tentang “Dunia Islam Dan Kolonialisme Barat. Tulisan ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan guna memperluas wawasan kita. Hal ini sebagai upaya mengetahui dan memahami sejarah peradaban islam pada masa kolonialisme barat, sehingga generasi penerus kita mampu mengambil 'ibrah dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu, agar nantinya kita dapat mencontoh dan mengambil apa yang seharusnya kita pegangi dan tidak megulangi lagi kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para tokoh-tokoh Islam terdahulu.
Penulisan makalah ini belum memenuhi harapan semua pihak, tetapi setidak-tidaknya ada bahan bacaan ke arah tujuan kemuliaan islam di muka bumi ini. Karena keterbatasan wawasan serta ilmu yang penulis miliki, maka sudah barang tentu masih jauh dari kata sempurna, disana sini masih masih banyak tedapat kekurangan dan kesalahannya, oleh karena itu tegur sapa, kritik serta saran, akan sangat berharga dan dengan segala kerendahan hati mohon maaf atas segala kekurangannya, untuk disempurnakan dimasa depan, seiring do’a semoga para pembaca yang budiman yang dengan segala ketulusan berkenan memberikan masukan, kami haturkan banyak terimakasih, serta tak lupa mendo’akan agar segala kebaikannya mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah subhanahu wa ta’ala, amin.
                                         






















DAFTAR PUSTAKA


Rasyid, Soraya. Sejarah Islam Abad Modern. Yogyakarta : penerbit  Ombak, 2013.
Yatim, Badri. Sejarah peradaban islam, Dirosah islamiyah II. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta : penerbit universitas islam negeri indonesia (UI press), 1985.
http://armawanpena.wordpress.com/2013/11/02/kolonialisme-barat-di-duniaislam/




[1]Badri Yatim, Sejarah peradaban islam, Dirosah islamiyah II, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014, Cet. 25.) hlm. 87.
[2] Soraya Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern (Yogyakarta : penerbit  Ombak, 2013) hlm. 2
[3] Badri Yatim, Sejarah peradaban islam, Dirosah islamiyah II, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014, Cet. 25.) hlm. 169-170.
[4] Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. I) hlm. 85.
[5] Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. II) hlm. 90.
[6] Badri Yatim, Sejarah peradaban islam, Dirosah islamiyah II, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014, Cet. 25.) hlm. 173-174.
[7] Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. I) hlm. 93-94.
[8] Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. I) hlm. 102-104.
[9] Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. II) hlm. 96
[10] http://armawanpena.wordpress.com/2013/11/02/kolonialisme-barat-di-dunia-islam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar