BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bentuk
bentuk penjajahan barat terhadap dunia islam di latar belakangi oleh terjadinya
perang salib. Negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia,
Rusia dan lain-lain memang mempunyai teknologi militer dan industri perang yang
lebih canggih dibandingkan dengan negara Islam, sehingga mereka tidak
segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di
bawah kekuasaan Islam.
Dari awal
penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan berbagai
daerah yang semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang
Kristen, yang sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib ini
telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh negara Barat untuk
merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam.
Di setiap
daerah yang berada di bawah kekuasaan Islam, tidak ada kelanggengan bagi
pilar-pilar sistem pemerintahan otoriter. Dan di Setiap tempat itu, akan menjadi tanda
perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman dan kekejaman penjajahan dan
eksploitasi, penghinaan dan peremehan terhadap manusia, serta perlawanan
terhadap poros yang dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang di dunia
kontemporer .
Setelah
berakhirnya periode klasik islam, ketika islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat
dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan
islam dan bagian dunia lainnya terutama dalam bidang ilmu dan teknologi, bahkan
kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya.[1]
Kontak
islam dengan barat pada masa ini sangat berbeda dengan kontak islam dengan
barat pada masa klasik. Dalam periode klasik islam sangat gemilang dan barat
sedang berada berada dalam kegelapan. Sedangkan pada masa ini, keadaan menjadi
sebaliknya, islam tampak dalam kegelapan dan barat tampak gemilang.[2]
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan
pokok yang dibahas dalam penulisan makalah ini sebagaimana telah dijelaskan
dalam latar belakang diatas adalah :
1.
Bagaimana
revolusi industri di barat dan kolonialisme di barat?
2.
Bagaimana
dunia islam pada periode pra modern?
3.
Bagaimana
dampak kolonialisme barat terhadap dunia islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Revolusi industri di barat dan
kolonialisme di barat
Kemajuan
Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode
berpikir islam yang rasional. Diantara saluran masuknya peradaban islam ke
Eropa itu adalah perang salib, sicilia dan yang terpenting adalah spanyol
islam. Ketika islam mengalami kejayaan di spanyol, banyak orang eropa yang
datang ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat islam. Hal ini
dimulai sejak abad ke-12 M. Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka
mendirikan universitas dengan meniru pola islam dan mengajarkan ilmu-ilmu yang
dipelajari di universitas-universitas islam itu. Dalam perkembangan selanjutnya
keadaan ini melahirkan Renaissance, reformasi dan rasionalisme eropa.
Gerakan-gerakan
renaissance melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad
ke-16 dan 17 M merupakan abad yang paling penting bagi eropa, sementara pada
akhir abad ke 17 itu pula dunia islam mengalami kemunduran. Eropa bangkit
kembali dengan mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan.
Mereka menyelidiki rahasia alam, menaklukkan lautan dan menjelajahi benua yang
sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Adapun penemuan-penemuannya yang
mereka peroleh yaitu ; Christoper Colombus pada tahun 1492 M, menemukan Benua
Amerika dan Vasco da Gama tahun 1498 M, menemukan jalan ke timur melalui
Tanjung Harapan. Dengan dua temuan ini Eropa memperoleh kemajuan dalam dunia
perdagangan, karena tidak tergantung lagi kepada jalur lama yang dikuasai umat
islam.
Terangkatnya
perekonomian bangsa-bangsa eropa disusul pula dengan penemuan dan perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan. Perkembangan itu semakin dipercepat setelah
mesin uap ditemukan. Yang kemudian melahirkan Revolusi Industri di
eropa.
Sementara
itu, kemerosotan kaum muslimin tidak terbatas dalam bidang ilmu dan kebudayaan
saja, melainkan juga di segala bidang. Mereka ketinggalan dari Eropa dalam
industri perang. Dengan organisasi dan persenjataan yang modern pasukan perang
Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam.[3]
Dimasa
ini kekuatan militer dan politik umat islam menurun. Dagang dan ekonomi umat
islam, dengan hilangnya monopoli dagang antara timur dan barat dari tangan
mereka jatuh. Dan ilmu pengetahuan pada masa ini mengalami penurunan.
Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat dan supertisi. Umat islam juga
dipengaruhi oleh sikap putus asa dalam segala hal. Pada saat ini dunia islam
dalam keadaan mundur dan statis.
Dengan
kekayaan-kekayaan Eropa yang diangkut dari Amerika dan laba yang timbul dari
perdagangan langsung menyebabkan mereka bertambah kaya dan maju. Penembusan
barat yang kekuatannya bertambah besar kedunia islam yang didudukinya semakin
lama bertambah mendalam. Akhirnya pada tahun 1798 M, Napoleon menduduki mesir
sebagai salah satu pusat islam yang terpenting. Jatuhnya pusat islam ini ke
tangan barat, menyadarkan dunia islam akan kelemahannya dan kemajuan peradaban
Barat yang lebih tinggi dari peradaban islam.[4]
B.
Dunia islam pada masa pra modern
Pada
abad pra modern kontak antara kerajaan usmani dengan kekuasaan di daratan eropa
dan beberapa negara barat sebenarnya sudah ada. Ketika Eropa mulai memasuki
masa kemajuan, dengan sebaliknya kerajaan usmani mulai memasuki masa
kemunduran. Dari akibat itu kerajaan usmani yang biasanya menang dalam
peperangan akhirnya mengalami kekalahan-kekalahan di tangan barat. Hal ini
membuat pembesar-pembesar usmani menyelidiki rahasia kekuatan eropa yang baru
muncul itu.[5]
Pada
periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam islam. Gerakan
pembaharuan itu muncul karena dua hal. Pertama, timbulnya kesadaran
dikalangan ulama’ bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima
sebagai ajran islam, seperti bid’ah, khurafat dan takhayul. Gerakan ini dikenal
sebagai gerakan reformasi. Kedua, pada periode ini barat mendominasi
dunia dibidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan barat menyadarkan
tokoh-tokoh islam akan ketinggalannya. Karena itu, mereka bangkit dengan
mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan Balance
of power.[6]
Kaitannya
dengan gerakan reformasi tersebut, pada masa sebelum periode modern ini timbul
keinginan perubahan di Arabia. Keinginan itu dicetuskan oleh Muhammad Ibn Abd
Wahhab (1703-1787 M). Keinginan itu lahir bukan sebagai pengaruh kemajuan
barat, tetapi sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang dianut kaum awam di
waktu itu. Kemurnian paham tauhid mereka dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan yang
timbul di bawah pengaruh tarekat-tarekat seperti ziarah ke kuburan wali untuk
mendapat syafa’ah / pertolongan. Menurut Muhammad Ibn Abd Wahhab
kebiasaan-kebiasaan itu mengandung arti syirik atau politeisme yang harus di berantas
dan orang islam harus kembali kepada tauhid yang sebenarnya.
Oleh
karena itu gerakan yang dipelopori oleh Muhammad Ibn Abd Wahhab ini kemudian di
kenal dengan sebutan “Wahabiah”, kurang tepat kalau disebut gerakan
pembaharuan akan tetapi lebih tepat diberi nama pemurnian. Muhammad Ibn Abd
Wahhab tidak mempertahankan taqlid. Bahkan sebagai pengikut Ibnu Hambal dan
Ibnu Taimiyah ia berpendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup. Mengadakan
ijtihad tetap di bolehkan, dan ijtihad dijalankan dengan kembali kepada
Al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar ijtihad untuk kebali ke
zaman salaf untuk mengetahui islam yang murni.[7]
Selain
melakukan perubahan secara reformisme pada pertengahan kedua dari abad
ke-19 muncul suatu gerakan yang dikenal Usmani Muda. Mereka menginginkan
pembatasan yang lebih tegas terhadap kekuasaan sultan dengan mengadakan
konstitusi. Salah satu ahli fikir usmani muda yang terkenal ialah Namik Kemal (1840-1888 M). Menurutnya
pemerintahan harus didasarkan atas persetujuan rakyat, dalam arti rakyatlah
yang memiliki kedaulatan. Kekuasaan legislatif harus dipisahkan dari kekuasaan eksekutif. Dan
ia menganjurkan supaya didirikannya tiga lembaga; dewan negara yang bertugas
merancang undang-undang, Dewan nasional untuk membuat undang-undang dan senat
yang bertugas menjadi pengantara antara badan legislatif dan badan eksekutif.
Namun eksperimen pemerintahan konstitusional ini gagal, karena dalam Konstitusi
1876 M itu terdapat pasal-pasal yang memberi kekuasaan pada sultan untuk
membubarkan parlemen, memberhentikan menteri-menteri, mengumumkan perang dan
mengasingkan orang-orang yang dianggap berbahaya bagi keamanan negara.
Selanjutnya
datang golongan-golongan yang dikenal dalam sejarah pembaharuan Turki yang
disebut Turki Muda. Pada saat itu timbul gerakan tiga pembaharuan Turki yaitu
golongan Barat, golongan Islam dan golongan nasionalis Turki. Maksud dari
golongan Barat adalah peradaban yang diambil dari Barat yang digunakan sebagai
dasar pembaharuan, golongan Islam merupakan penggunaan Islam sebagai dasarnya.
Dan golongan nasionalis Turki merupakan penggunaan nasonalis Turki yang
dijadikan dasar. Dalam perkembangan selanjutnya ide nasionalisme Turiki-lah
yang memperoleh kemenangan. Gerakan pembaharuan selanjutnya yang diadakan
dibawah pimpinan Kemal Attaturk membawa kepada sekularisme dalam arti pemisahan
agama dari negara di Turki modern.[8]
Sedangkan
di Mesir gerakan pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M).
Para pembesar dan penasihatnya terdiri dari orang-orang yang mengalami ekspedis
Napoleon dan menyaksikan kemajuan Barat yang maju itu. Disamping itu diantttara
ahli-ahli yang dibawa Napoleon ada yang tidak mau kembali ke Prancis dan
menetap di Mesir.pembaharuan di Mesir ini dimulai dalam bidang militer dan
ekonomi. Untuk itu ia mendatangkan ahli-ahli dari eropa, mendirikan
sekolah-sekolah seperti sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran,
sekolah pertambangan dan sekolah pertanian. Disamping iu, ia juga mengirim
pemuda-pemuda Mesir yang belajar ke Eropa. Semua ini yang menyebabkan cepatnya
pemikiran dan gerakan pebaharuan di Mesir.[9]
C.
Dampak kolonialisme barat terhadap dunia islam
1)
Dampak
kolonialisme barat terhadap bidang budaya
Kolonialisme
barat yang membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan),
dan Glory (Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran
masyarakat islam pada masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan akibat
dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga telah
merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup
masyarakat muslim, contohnya 3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan)
dan Fashion (cara berpakaian).
2)
Dampak
kolonialisme barat terhadap bidang sosial
Ketika
sampai di negara-negara Islam, mereka (Negara-negara Kolonial) menyusun rencana
untuk memisahkan generasi muda dari Agamanya. Dalam hal itu, mereka memilih dua
jalan. Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan
membuka lebar-lebar kran dekadensi moral. Menjadi jelas ketika para penjajah
itu menjajah umat Islam melalui berbagai cara, terlebih dari bidang Agama yang
mereka pandang bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan
jalan termudah untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan pelampiasan
hawa nafsu di tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran untuk
mempraktikkan semua bentuk kerusakan dan kemerosotan akhlak. Itulah jalan yang
para penjajah tempuh secara efektif.
Yang kedua, tercermin pada orientasi ilmu pengetahuan
dan pemikiran, bersamaan dengan dampak pengaruh pemikiran ilmiah baru ke
negara-negara Islam yang cukup menarik perhatian karena memang ilmu pengetahuan
pasti punya daya tarik. Kemajuan ilmu pengetahuan berubah menjadi sarana
pemisahan orang banyak dari keyakinan akidahnya, dan menjadi perantara bagi
pemadaman obor bagi keimanan agama dalam hati serta pencabutan emosi keagamaan
sampai keakar-akarnya.
3) Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Ekonomi
Kongsi
dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai
wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba
mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak
berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota
kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang
kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan
raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah
kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879,
Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim
Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Akibat
kolonialisme Barat dibanyak negara Islam dalam bidang Ekonomi, maka tentu
sistem perdagangan Barat mau tidak mau sangat berpengaruh buruk terhadap sistem
perdagangan yang telah ada pada masa itu, misalnya “Monopoli” dalam
perdagangan.
4) Dampak Kolonialisme Barat dalam Bidang Politik
Kololnialisme
mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh islam itu terdapat
kekayaan yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai sepenuhnya seperti
minyak bumi, gas alam dan sebagainya, ini merupakan kekayaan yang melimpah
untuk masa depan. Politik yang mereka pakai untuk melumpuhkan islam adalah
menjauhkan orang muslim dari sejarah masa silam (kejayaan islam) dan meniadakan
peran penting ulama dalam kenyataan hidup.
5) Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Agama
Sejak
tahun-tahun pertama dimulainya era penjajahan, negara-negara kolonial telah
bersungguh-sungguh memperhatikan masalah misalkan pemisahan ulama dari
kehidupan bangsa. Mereka berupaya mempengaruhi peran yang dijalankan para ulama
dengan cara menghilangkan identitas mereka yang nyata, atau meminggirkan mereka
seraya memberi peran yang tiada arti, atau membunuh mereka jika memungkinkan.
Negara
kolonial sibuk menjalankan politk tersebut selama bertahun-tahun lamanya
sehingga peran para ulama melemah di banyak wilayah pendudukan. Keberadaan para
ulama terpinggirkan, tak punya otoritas apapun, bahkan tak lagi menyandang
identitas ulama. Para ulama itu tersingkir ketempat-tempat yang sangat terbatas
dan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan remeh dan tidak berhubungan dengan
kenyataan hidup.[10]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejak
abad ke-16 dan 17 dimana eropa disini mulai menemukan beberapa penemuan yang
kemudian dapat memperoleh kemajuan dalam perekonomian sehingga melahirkan Revolusi
industri yang sangat besar. Eropa menjadi penguasa lautan dan perdagangan
ke seluruh dunia tanpa hambatan apapun. Sementara itu, Eropa juga unggul dalam
bidang kemiliteran dengan persenjataan modern pasukan perang sehingga mampu
melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam.
Persentuhan
dengan barat ini menyadarkan tokoh-tokoh islam akan ketinggalannya. Karena itu,
mereka bangkit dengan mencontoh barat dalam masalah-masalah politik dan
peradaban untuk menciptakan Balance of power. Sehingga mulai muncul pemikiran
pembaharuan dalam islam, yaitu timbulnya kesadaran dikalangan ulama’
bahwa banyak ajaran-ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajran islam,
seperti bid’ah, khurafat dan takhayul.
Kedatangan Eropa ke daerah-daerah islam ini membawa dampak dan
pengaruh yang sangat besar baik dalam bidang budaya, bidang sosial, bidang
ekonomi, bidang politik dan dalam bidang agama. contohnya seperti apa yang
telah menjadi misi yang dibawa oleh bangsa Eropa untuk merusak kehidupan umat
muslim dengan merubah pola kehidupannya melalui bidang-bidang tersebut. Dengan
tiga misinya yaitu; God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan), dan Glory
(Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran masyarakat pada
masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan akibat dari itu semua sangatlah
banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga telah merusak paradigma dan dampak
yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup masyarakat muslim, contohnya
3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan) dan Fashion (cara berpakaian).
B. Saran-saran
Demikianlah
uraian singkat makalah tentang “Dunia Islam Dan Kolonialisme
Barat.” Tulisan ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan
guna memperluas wawasan kita. Hal ini sebagai upaya mengetahui
dan memahami sejarah peradaban islam pada masa kolonialisme barat, sehingga generasi penerus kita mampu mengambil 'ibrah
dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu, agar nantinya
kita dapat mencontoh dan mengambil apa
yang seharusnya kita
pegangi dan tidak megulangi lagi kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para
tokoh-tokoh Islam terdahulu.
Penulisan makalah ini belum memenuhi harapan semua pihak, tetapi
setidak-tidaknya ada bahan bacaan ke arah tujuan kemuliaan islam di muka bumi
ini. Karena keterbatasan wawasan serta ilmu yang penulis miliki, maka sudah
barang tentu masih jauh dari kata sempurna, disana sini masih masih banyak
tedapat kekurangan dan kesalahannya, oleh karena itu tegur sapa, kritik serta
saran, akan sangat berharga dan dengan segala kerendahan hati mohon maaf atas
segala kekurangannya, untuk disempurnakan dimasa depan, seiring do’a semoga
para pembaca yang budiman yang dengan segala ketulusan berkenan memberikan
masukan, kami haturkan banyak terimakasih, serta tak lupa mendo’akan agar
segala kebaikannya mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah
subhanahu wa ta’ala, amin.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid,
Soraya. Sejarah Islam Abad Modern. Yogyakarta : penerbit Ombak, 2013.
Yatim,
Badri. Sejarah
peradaban islam, Dirosah islamiyah II. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Nasution,
Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta : penerbit
universitas islam negeri indonesia (UI press), 1985.
http://armawanpena.wordpress.com/2013/11/02/kolonialisme-barat-di-duniaislam/
[1]Badri
Yatim, Sejarah peradaban islam, Dirosah islamiyah II, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2014, Cet. 25.) hlm. 87.
[2] Soraya
Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern (Yogyakarta : penerbit Ombak, 2013) hlm. 2
[3] Badri
Yatim, Sejarah peradaban islam, Dirosah islamiyah II, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2014, Cet. 25.) hlm. 169-170.
[4] Harun
Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit
universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. I) hlm. 85.
[5] Harun
Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit
universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. II) hlm. 90.
[6] Badri
Yatim, Sejarah peradaban islam, Dirosah islamiyah II, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2014, Cet. 25.) hlm. 173-174.
[7] Harun
Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit
universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. I) hlm. 93-94.
[8] Harun
Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit
universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. I) hlm. 102-104.
[9] Harun
Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta : penerbit
universitas islam indonesia (UI press), 1985, Cet. 2. Jil. II) hlm. 96
[10] http://armawanpena.wordpress.com/2013/11/02/kolonialisme-barat-di-dunia-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar